Wajarkah Anak Suka Memegang Kelamin?− Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk terus memantau segala bentuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Akan tetapi, sering luput dari perhatian orang tua, bahwa tumbuh kembang anak tidak sekadar pertumbuhan fisik, tapi juga pertumbuhan psikologis.
Salah satu bentuk tumbuh kembang psikologis anak adalah munculnya rasa penasaran terhadap tubuhnya sendiri, termasuk tentang seksualitas. Di Indonesia, banyak orang tua yang masih menganggap pengetahuan seks merupakan hal tabu untuk disampaikan kepada anak. Sehingga orang tua menjadi khawatir ketika memergoki anak memegang kelaminnya. Kemudian, timbul pertanyaan wajarkah ketika seorang anak suka memegang kelamin?
Contents:
Wajarkah Anak Suka Memegang Kelamin?
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Rasa cemas dan risau orang tua ketika mendapati bahwa anak gemar memegang kelamin dan mengelak saat ditanya terkait kebiasannya tersebut, merupakan hal yang normal. Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa merupakan sesuatu yang wajar bagi seorang anak dalam masa pertumbuhannya untuk mulai penasaran dan suka memegang kelamin.
Seorang psikoanalisis Sigmund Freud memperkenalkan teori psikoseksual yang memberi jawaban mengapa anak-anak suka memegang kelamin. Dalam teori tersebut, Freud percaya bahwa ada 5 tahapan perkembangan psikoseksual pada anak yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Fase-fase psikoseksual Sigmund Freud di antaranya:
Fase ini dimulai ketika anak masih bayi (0-1 tahun). Pada fase ini, mulut menjadi organ utama bagi anak dalam berinteraksi. Anak-anak pada usia 0-1 akan mendapatkan kesenangan dari mulutnya. Tak heran, selain menyusu, bayi juga kerap memasukkan jari atau benda-benda yang ia pegang ke dalam mulut. Sebab, pada fase oral psikoseksual, anak akan banyak mengeksplorasi benda dengan mulut.
Ketika anak sudah berada di usia 1-3 tahun, artinya saat inilah anak masuk ke tahap ke dua dari teori psikoseksual Freud. Pada fase anal, yang menjadi sorotan utama adalah pengendalian toilet. Artinya, anak harus belajar dan berlatih untuk mengendalikan buang air besar.
Fase psikoanalisis yang ketiga disebut Phalic, umumnya terjadi pada anak-anak usia 3 hingga 6 tahun. Pada usia-usia tersebut, anak cenderung memiliki ketertarikan untuk memperhatikan dan memainkan kelamin mereka. Pada fase phalic, anak juga mulai menyadari adanya perbedaan organ lelaki dan perempuan.
Karena kemaluan merupakan pusat utama fase phalic dalam perkembangan psikoseksual anak. Maka wajar, jika orang tua mendapati anak-anak di usia 3 hingga 6 tahun mulai suka memagang atau bahkan memainkan kelamin mereka.
Pada usia 7 sampai 10 tahun, anak masih memiliki energi seksual tapi cenderung disalurkan ke aktivitas aseksual seperti belajar, bermain, atau berkativitas sosial. Tahap ini, dalam teori psikoanalisis Freud disebut fase Latent.
Fase ini merupakan tahap yang penting dalam pertumbuhan anak, sebab di usia-usia tersebut energi seksual anak akan mulai ditekan dan muncul keinginan untuk berinteraksi sosial.
Fase Genital adalah tahapan terakhir dalam perkembangan psikoseksual anak. Tahap ini dimulai ketika anak sudah memasuki masa pubertas di usia remaja sekitar 12 tahun, ditandai dengan matangnya organ reproduksi yang kemudian akan mengakibatkan perubahan baik secara fisik maupun psikis. Pada fase ini, anak akan mulai memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenis yang akan berlangsung sepanjang sisa hidupnya.
Jika Anda pernah menangkap basah anak menyentuh kemaluan, tapi tidak menemukan adanya gejala kesakitan atau iritasi yang menyebabkan gatal, Anda tak perlu memarahi anak atau berpikiran negatif sebab hal tersebut wajar terjadi.
Yang harus Anda lakukan terkait hal tersebut adalah:
Pahamilah bahwa apa yang dilakukan anak adalah bagian dari tumbuh kembang, jadi jangan buru-buru memarahi anak apalagi dengan nada tinggi atau umpatan kasar.
Meski tak dapat dimungkiri bahwa topik seks kerap dihindari untuk dibicarakan ke anak, tapi orang tua harus memahami bahwa anak-anak juga perlu mendapatkan edukasi seksual sesuai usia mereka guna menghindari masalah-masalah seksualitas yang mungkin terjadi.
Orang tua harus mengajarkan pada anak bahwa kemaluan adalah organ privat yang tidak boleh dipegang atau ditunjukkan kepada orang lain.
Mendampingi anak ketika bermain gadget dan memantau pergaulannya adalah cara untuk memastikan anak tidak mendapatkan informasi yang salah terkait seksualitas yang nantinya akan berdampak buruk bagi hidupnya.
Usahakan agar anak tidak terlalu banyak waktu kosong tanpa aktivitas apapun. Alihkan dengan menemaninya bermain, atau memberikan kegiatan belajar seperti les, kursus, dan aktivitas lainnya.
Itulah informasi dari Tania Kids Center untuk menjawab pertanyaan banyak orang tua: Wajarkah anak suka memegang kelamin? Hal itu merupakan salah satu fase tumbuh kembang yang dilewati oleh anak. Maka, orang tua tidak perlu khawatir dan dapat mencoba untuk melakukan hal-hal yang direkomendasikan di atas.
Baca juga:
Silahkan konsultasikan pertanyaan anda pada kami
Whatsapp / phone : 0811-181-1183
Email : taniakidsc@gmail.com
Alamat : Jl. Tanjung Duren Barat 1 No. 18
Jakarta Barat 11470
Copyright © 2022. Tania Kid’s Center | Klinik Tumbuh Kembang Anak | Web Designed by