5 Dampak Negatif Pola Asuh Overprotektif

dampak negatif pola asuh overprotektif

Dampak Negatif Pola Asuh Overprotektif – Kondisi ini biasanya berangkat dari intensi orangtua untuk memberikan perlindungan yang terbaik kepada anaknya. Orangtua tidak menginginkan anaknya mengalami kesulitan dan ketidaknyamanan agar dapat bertumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang baik, sehat, dan percaya diri.

Namun, sayangnya niat tersebut justru mengakibatkan pola asuh yang overprotektif, yang memiliki efek sebaliknya dari yang diingkan untuk masa depan anak. Pola asuh yang melindungi dengan terlalu berlebihan justru akan memberikan dampak negatif bagi anak. 

Table of Content:

Apa Itu Pola Asuh Overprotektif?

Self-esteem dan Self-worth yang Rendah

Rawan Mengalami Kecemasan dan Depresi

Kecenderungan Anak untuk ‘attention-seeking’ atau ‘people pleasing’

Anak Memiliki Kecenderungan untuk Insecure

Menjadi Terlalu Perfeksionis

Apa itu Pola Asuh Overprotektif?

freepik.com

Pola asuh overprotektif adalah salah satu contoh hal buruk yang diakibatkan oleh sesuatu yang ‘berlebihan’. Dalam hal ini, overprotektif dapat diartikan sebagai sikap melindungi atau protektif yang terlalu berlebihan.

Istilah helicopter parents sering digunakan untuk menggambarkan orangtua yang memiliki pola asuh overprotektif. Karakter dari pola asuh ini adalah: orangtua menginginkan anaknya untuk terhindar dari segala ketidaknyamanan fisik maupun emosional. Hal-hal yang dihindari orangtua agar tidak terjadi pada anaknya adalah: kesakitan, kesedihan, pengalaman buruk, penolakan, kegagalan, dan kekecewaan. 

Sebagai upaya untuk menghindari hal-hal tersebut, yang dilakukan oleh orangtua overprotektif adalah: 

  1. Melakukan pengawasan secara terus-menerus 
  1. Memiliki keinginan untuk selalu mengontrol lingkungan dan aktivitas yang dilakukan anak 
  1. Memiliki kecenderungan untuk terlalu mencampuri keputusan anak 
  1. Selalu mengutamakan keamanan dan ketergantungan, dibandingkan kebebasan dan eksplorasi. 
  1. Terus menyampaikan bahwa mereka tau segala hal yang terbaik untuk anaknya 

Tujuan utama dari perilaku tersebut sebenarnya adalah untuk menghindarkan segala hal yang dapat mengganggu kebaikan anak. Padahal, orangtua harus bisa menakar dan mengetahui keseimbangan antara memberikan rasa aman dan menutup kebebasan anak. Jika anak telah terbiasa dengan pola asuh yang terlalu membatasi, maka ia memiliki potensi untuk mengalami beberapa kesulitan di fase kehidupan selanjutnya. Maka penting untuk menghindari dampak negatif pola asuh overprotektif. Simak beberapa hal berikut yang menjadi dampak negatif pola asuh overprotektif: 

1. Anak memiliki self-esteem dan self-worth yang rendah 

Tidak sesuai dengan bayangan dari para orangtua dengan pola asuh overprotektif, hal tersebut justru akan menyebabkan anak memiliki rasa percaya diri yang rendah untuk menghadapi dunia. Orangtua memiliki harapan bahwa anak selalu merasa bahwa dirinya berharga. 

Perasaan tersebut kerap disertai dengan anggapan bahwa anaknya pantas mendapatkan segala yang terbaik yang ada di dunia. Hal ini akan membawa dampak negatif pada perkembangan anak. Anak juga akan memiliki anggapan bahwa ia pantas untuk mendapatkan segala sesuatu yang ia inginkan. 

Di masa depan, perlakuan ini justru akan menimbulkan perasaan dalam diri anak bahwa sebenarnya mereka tidak benar-benar mampu, atau tidak sehebat itu untuk menjalani hidupnya sendirian. Selain itu, pola asuh yang overprotektif juga membuat anak tidak memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuannya sendiri. 

2. Rawan mengalami kecemasan dan depresi

penyebab anak tantrum
freepik.com

Dampak negatif pola asuh overprotektif yaitu dapat menciptakan individu yang terlalu sensitif. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh overprotektif juga merupakan bentuk kecemasan orangtua. Orangtua memiliki pandangan bahwa dunia ini buruk dan berbahaya, maka mereka tidak menginginkan anaknya untuk mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. 

Pengawasan dan pembatasan yang berlebihan dilakukan agar anak tidak melakukan interaksi dengan lingkungan, orang-orang, atau apapun yang dirasa orangtua sebagai hal yang “tidak aman”. Maka dari itu, erat kaitannya antara kecemasan sosial yang dialami oleh orangtua dengan kecenderungan untuk menerapkan pola asuh overprotektif. 

Segala bentuk kecemasan dan ketakutan ini akan diserap oleh anak, sehingga ia juga akan menjadi pribadi yang sering merasa cemas dan penuh ketakutan ketika keluar dari zona nyamannya. Anak akan sering lari dari hal-hal yang membuatnya tidak nyaman. Bahkan anak juga bisa merasakan kebingungan saat harus menghadapi masalah yang dihadapinya sendiri. 

3. Kecenderungan anak untuk ‘attention-seeking’ atau ‘people-pleasing’ 

Ketika anak sudah semakin dewasa, ia akan menyadari konsep penerimaan sosial. Artinya, bahwa untuk dapat merasa nyaman, maka ia harus diterima oleh orang lain. Hal ini tumbuh dari perasaan bahwa dirinya dan segala yang diperbuat harus diterima oleh orangtuanya. 

Anak dapat tumbuh sebagai pribadi yang terus menerus mengkhawatirkan pandangan dan penerimaan orang lain. Setiap keputusan hidupnya akan didasari oleh apapun yang mungkin dianggap orang lain sebagai hal ‘yang baik’. Hal ini dipengaruhi oleh kecenderungannya untuk menghindari kritik dan penolakan dari orang lain. 

Hal yang paling dekat, anak memiliki kemungkinan untuk tumbuh dan terlalu bergantung pada pendapat orangtuanya. Hubungan yang sehat adalah ketika anak memiliki rasa mengasihi dan menghargai, tanpa harus tergantung dan mencari validasi dari orangtuanya. 

4. Anak memiliki kecenderungan untuk merasa ‘insecure’ 

Dampak negatif pola asuh overprotektif selanjutnya adalah timbulnya tipe ketergantungan anak. Tipe ketergantungan kita sebagai individu dipengaruhi oleh hubungan emosional dengan orangtua di masa kecil. Kemudian, tipe ketergantungan kita dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman baik maupun buruk setelah dewasa. 

Orangtua yang mendukung anak untuk memiliki tipe ketergantungan yang ‘secure’ akan memberikan keamanan dan juga mendukung kebebasan dan pengembangan diri secara bersamaan. Selain itu, dukungan secara emosional juga diberikan saat anak merasakan ancaman atau ketakutan. 

Sedangkan, pola asuh overprotektif akan menyebabkan tipe ketergantungan anak yang ‘insecure’. Hal ini sering dikaitkan dengan kecemasan yang timbul akibat tidak adanya kesempatan anak untuk melakukan eksplorasi, dan untuk selalu bergantung pada orangtuanya. 

Di masa depan, hal ini dapat menjadi masalah serius bagi anak. Ia akan kesulitan untuk merasa ‘secure’ ketika harus membangun hubungan dengan orang lain atau dengan pasangannya. Ia cenderung akan menghindari hubungan yang privat dan intim, karena ia percaya bahwa orang lain tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara emosional, seperti bagaimana orangtuanya tidak dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya. Anak dengan pengalaman pola asuh overprotektif juga kesulitan dalam membangun sebuah hubungan karena rasa takut terhadap penolakan dan tidak ingin dicampakkan

5. Menjadi terlalu perfeksionis

dampak negatif pola asuh overprotektif
freepik.com

Orangtua yang overprotektif juga cenderung menunjukkan karakter narsistik dengan menuntut anaknya untuk selalu menjadi sempurna. Terkadang juga ada hukuman atau konsekuensi yang mengikuti jika anak gagal berlaku sesuai dengan ekspektasi dari orangtua. 

Pola ini akan diikuti oleh anak di fase-fase kehidupan selanjutnya. Anak akan berpikir bahwa semua yang dilakukan harus sempurna dan diterima oleh orangtuanya. Ketika mereka dewasa atau menjadi orangtua, mereka juga akan membawa karakter perfeksionis tersebut. Mereka akan merasa kesulitan ketika harus melepaskan kontrol atas sesuatu. 

Bagaimana seorang individu dapat mengatasi kegagalan dan penolakan, jika ia dibesarkan untuk percaya bahwa mungkin baginya untuk selalu hebat dan berhasil?

Dengan tidak adanya ruang untuk melakukan kesalahan sekecil apapun, akan menjadi sulit bagi anak dalam menghadapi fase kehidupan selanjutnya. Perfeksionisme juga membuat anak menjadi sulit untuk beradapatasi dan mempercayai orang lain. Anak berpotensi untuk merasa bahwa tidak ada orang lain yang cukup baik untuk bisa menjadi partner dalam hidupnya. 

Sebagai sebuah kesimpulan, pola asuh overprotektif memiliki efek yang buruk bagi perkembangan individu dari segi emosional. Rasa menyayangi seharusnya ditunjukkan dengan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secar fisik maupun mental. Dengan demikian, Anda perlu menyesuaikan pola asuh agar meminimalisir kemungkinan anak mengalami dampak-dampak negatif pola asuh overprotektif.

Jika Anda menyukai artikel dan informasi lain dari Tania Kids Center, Anda dapat klik di sini.

Baca juga:
Stranger Anxiety pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Ingin bertanya lebih lanjut tentang artikel ini ?

Silahkan konsultasikan pertanyaan anda pada kami

Artikel Terbaru

Cara Mengajarkan Anak Untuk Menjadi Lebih Empati Yang Perlu PapaMama Ketahui

Cara Mengajarkan Anak Untuk Menjadi...

Cara Mengajarkan Anak Untuk Menjadi Lebih Empati Yang Perlu PapaMama Ketahui – Rasa empati pada…
4 Cara Melatih Anak Tumbuh Menjadi Percaya Diri Yang Perlu PapaMama Ketahui

4 Cara Melatih Anak Tumbuh...

5 Cara Melatih Anak Tumbuh Menjadi Percaya Diri Yang Perlu PapaMama Ketahui – Apakah PapaMama…
Alasan Mengapa Anak Tidak Mendengarkan PapaMama!

Alasan Mengapa Anak Tidak Mendengarkan...

Alasan Mengapa Anak Tidak Mendengarkan Orang Tua! – Terkadang sebagai orang tua, tentu PapaMama ingin…
Hubungi Kami

Whatsapp / phone : 0811-181-1183
Email : taniakidsc@gmail.com
Alamat : Jl. Tanjung Duren Barat 1 No. 18
Jakarta Barat 11470 

Copyright © 2022. Tania Kid’s Center | Klinik Tumbuh Kembang Anak | Web Designed by Memarak